Salah satu permasalahan yang belum teratasi adalah angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), Berdasarkan data Komdat yang di unduh pada 11 Januari 2022, jumlah kematian ibu tahun 2021 sejumlah 1.188 kasus, dan kematian bayi tahun 2021 mengalamai penurunan sejumlah 88 kasus dengan total 2.760 kasus dengan perbandingan tahun sebelumnya yaitu 2020 terdapat 2.760 kasus kematian bayi. Dan menurut Diskominfo kabupaten Bogor berdasarkan data tahun 2019 di Kabupaten Bogor dari 117.350 Kelahiran terdapat 28 kematian ibu kematian akibat melahirkan dan 109 bayi meninggal. Dan di wilayah kerja Puskesmas Rumpin tahun 2019 terdapat 2 angka kematian ibu (AKI).
Puskesmas Rumpin bersama seluruh jajaran yang terlibat menyusun langkah strategis untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) dalam bentuk upaya pencegahan (preventif) dan penanganan (mitigatif). Dari hasil penjaringan ide dapat diketahu permasalahan terbesar dari masalah tersebut adalahnya kurang informasi mengenai kehamilanya, jarak tempuh yang jauh, serta kurang terlibatnya lintas sektor menangani permasalahan ini.
Berdasarkan penjaringan ide tersebut, maka dipilih tindakan preventif dan mitigatif dengan sasaran ibu hamil resiko tinggi, petugas kesehatan dan masyarakat sekitar untuk membantu mengatasi masalah tersebut. Upaya tersebut terdiri dari : melaksanakan pemeriksaan ibu hamil, konseling ibu hamil resiko tingggi, pembuatan Whatsapp Grup, pembinanaan kepada staf desa, kader, paraji, RT, RW, serta masyarakat sekitar untuk berupaya bersama dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Hasil penjaringan dan pemilihan ide tersebut, maka Puskesmas Rumpin meluncurkan program inovasi PANDU BU LESTI (Pelayanan Terpadu Ibu Hamil Resiko Tinggi). Upaya preventif diimplementasikan dengan melaksanakan edukasi dengan konseling dengan ibu hamil resiko tingggi serta membuat kelas ibu hamil melalui Whatsapps Grup untuk memberikan informasi kesehatan lebih menyeluruh dan menjangkau ibu hamil yang memiliki akses sulit. Dan juga merangkul lintas sektor untuk memberikan dukungan dan pemantaun, yaitu Staf Desa, Kader, RT, RW, Paraji, dan Masyarakat sekitar dalam memantau dan membantu ibu hamil resiko tinggi untuk menciptakan suasana yang nyaman dan aman, hal itu dilakukan dengan petugas kesehatan memberikan tanda pada rumah berupa bendera ibu hamil resiko tinggi agar menjadi penanda pada seluruh masyarakat untuk memantau ibu hamil tersebut dari lingkungan terdekatnya. Kerjasama dengan desa juga di harapkan dapat mempercepat dalam masyarakat memperoleh akses rujukan dengan mengunakan semaksimal mungkin ambulance desa.
Implementasi inovasi ini melibatkan kerjasama dengan Seluruh Bidan Desa, Bidan Peraktek Mandiri, Seluruh Staf Desa, Kader, RT, RW, Paraji dan seluruh masyarakat. Sosialisasi dilaksanakan melalui Lokakarya Mini yang dihadiri Dinas Kesehatan, Sekcam, Danramil, Kapolsek dan Seluruh Kepala Desa. Diharapkan kegiatan ini dapat terlaksana dengan dukungan semua pihak. Ibu hamil melakukan pemeriksaan ANC di Puskesmas atau Posyandu, di deteksi oleh Bidan untuk mengetahui apakah Ibu hamil itu beresiko tinggi atau tidak. Bila di deteksi resiko tinggi maka dilakukan konseling di Ruang Konseling Ibu Hamil agar ibu hamil mendapatkan edukasi tentang kehamilannya. Dipasang stiker P4K dan Bendera Bertangkai Akasia di rumah-rumah ibu hamil resiko tinggi oleh bidan desa. Di lakukan pendampingan kepada ibu hamil resiko oleh Staf desa, RT RW, Kader, Paraji. Dan untuk memudahkan kordinasi dan edukasi di buatlah WhatsApp Grups yang berisi Staf Puskesmas, Staf Desa, RT RW, Kader, Paraji, Sopir Ambulance Desa dan Ibu Hamil Resiko Tinggi.
Manfaat hadirnya inovasi ini adalah : a) Menurunkan angka Kematian Ibu (AKI) dan Bayi (AKB), b) Meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kondisi kesehatannya, c) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang permasalahan ibu hamil resiko tinggi, d) Mengajak masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan drajat kesehatan di wilayahnya.